0
komentar
Posted in
Masih menggenggam erat kertas buram bercoret pelangi
Mengapa tetap tak mengalirlirlirlirlirlir seperti kata ini?
Lagi, berlari menghampa tak terarah
Menggandeng hitam di kanan, putih di kiri
Tertawa riang, menggenggam erat
Hapus, ketik, hapus, ketik, hapus, ketik berulang
Coba berhenti, lepaskan letih, huuh haaaah
Mati tak membuatku berpaling
Merasuki jiwa kesombongan tiada tepi
Bodohnya! Tuhan masih ada!
Hapus lagi, ketik lagi
Wanita itu licik, lelaki bak keledai
Ah! Kecuali hamba Allah
Salah lagi, kan,
hapus hapus
Buang saja!
Muak!
Apa?
Ya.
0
komentar
Posted in
Aku yang tidur dalam tidur
Tak sempat kaubangunkan, semakin terlelap
Liur menggenang, membasahi kasur
Kau masih terbujur kaku
Suatu malam kau pernah berbisik
Kapan pulang? Rindumu tak sampai pula
0
komentar
Posted in
Label:
cemburu
Kerangka menjalar menggantung depan pagarmu
0
komentar
Posted in
hati berdendang
bukan saatnya kau datang
tongkatmu masih tinggi menjulang
lihat, Tuhan merasa tertantang
kau hanya berdiri sendiri
bukan saatnya unjuk gigi
tak ada lagi janji mati
karena pohon tak lagi berlari
pikir ini tahu
benar, kau tinggal rindu
tak kenal kata maju
lihat, awan pernah kelabu
angin masih ingin meniupkan harapan pada tiap hembusan nafasmu
matahari masih ingin menyinari harimu tanpa bayang semu
rumput masih rindu kakimu menapak jalan baru
sekarang, giliranku
aku masih ingin malihatmu tertawa dan berlalu
0
komentar
Posted in
Pergi,berlari menepi
Mati,bangkit berdiri
Tamat,lanjut menyepi
Haruskah ini?
Tak sanggup terkata
Biar angin wakilkan
Tak mampu bersua
Biar hati temukan
0
komentar
Posted in
kauinjakkan kaki ke bumi
rumput menyambut hampa
tak ada harap baik lagi
sudah, tunggu waktu meroda
angin berhenti
langit meredup
ada apa gerangan hati
berdetak berdegup
pandangmu tak tembus mati
ditemani jubah hitam, tanpa kancing
kau terjang semua hari
mencari kelinci bergeming
akhirnya satu saja kau temukan
manusia berjas hitam, berkantong tebal
apa itu manusia tertahan
bersedih topeng, memiskin tumbal
lagi, kau mencari bertemu
manusia rupawan, terias merona
apa itu manusia tersatu
menghambur harta,melupa saudara
bosan, kau sudah muak
ada yang harus kau tak lakukan
saat dunia benar tak terkuak
salah tersembunyi, tak ada teman
kau berjalan sendiri menepi
termangu tanpa pikir
kau terobos langit pagi
mata tersangkut pada sosok ketir
menggores sawah memacul asa
menunggu harap menguning
lihat, sabar terukir di dahinya
lelah mengucur di kening
malam menjelang, adzan terkumandang
kau lihat dia menggelar sajada
sujud tercipta tanpa pandang
menjemput tasbih, menuai doa
sungguh, matamu mengair terjatuh
bersyukur heran tanpa gumam
masih ada juga manusia tak keluh
jadikan Tuhan tempat memaham
langit kembali membiru
angin kembali mengulum
rumput kembali menghijau
kau kembali tersenyum
akhirnya, rahmat-Nya kembali mengalir
walau nyawa berkurang satu butir