twitter


hati berdendang
bukan saatnya kau datang
tongkatmu masih tinggi menjulang
lihat, Tuhan merasa tertantang

kau hanya berdiri sendiri
bukan saatnya unjuk gigi
tak ada lagi janji mati
karena pohon tak lagi berlari

pikir ini tahu
benar, kau tinggal rindu
tak kenal kata maju
lihat, awan pernah kelabu

angin masih ingin meniupkan harapan pada tiap hembusan nafasmu
matahari masih ingin menyinari harimu tanpa bayang semu
rumput masih rindu kakimu menapak jalan baru
sekarang, giliranku
aku masih ingin malihatmu tertawa dan berlalu


Pergi,berlari menepi
Mati,bangkit berdiri
Tamat,lanjut menyepi
Haruskah ini?

Tak sanggup terkata
Biar angin wakilkan
Tak mampu bersua
Biar hati temukan


kauinjakkan kaki ke bumi
rumput menyambut hampa
tak ada harap baik lagi
sudah, tunggu waktu meroda

angin berhenti
langit meredup
ada apa gerangan hati
berdetak berdegup

pandangmu tak tembus mati
ditemani jubah hitam, tanpa kancing
kau terjang semua hari
mencari kelinci bergeming

akhirnya satu saja kau temukan
manusia berjas hitam, berkantong tebal
apa itu manusia tertahan
bersedih topeng, memiskin tumbal

lagi, kau mencari bertemu
manusia rupawan, terias merona
apa itu manusia tersatu
menghambur harta,melupa saudara

bosan, kau sudah muak
ada yang harus kau tak lakukan
saat dunia benar tak terkuak
salah tersembunyi, tak ada teman

kau berjalan sendiri menepi
termangu tanpa pikir
kau terobos langit pagi
mata tersangkut pada sosok ketir

menggores sawah memacul asa
menunggu harap menguning
lihat, sabar terukir di dahinya
lelah mengucur di kening

malam menjelang, adzan terkumandang
kau lihat dia menggelar sajada
sujud tercipta tanpa pandang
menjemput tasbih, menuai doa

sungguh, matamu mengair terjatuh
bersyukur heran tanpa gumam
masih ada juga manusia tak keluh
jadikan Tuhan tempat memaham

langit kembali membiru
angin kembali mengulum
rumput kembali menghijau
kau kembali tersenyum

akhirnya, rahmat-Nya kembali mengalir
walau nyawa berkurang satu butir


sakit bukan pedih
hati merintih menggelora
pikir ingat kau tertawa
hei, pergilah sayang

buang jauh kenangan kita
biar malaikat datang mencatat
Tuhan pun harus tahu
rindu ini masih tersisa

selamat jalan kawan
harap mimpi datang berjua


Parasit di benak masih berakar
Haruskah racun benci kutebarkan,
hanya untuk membuatnya pergi?
Mati bukan lagi kunci mutlak
Aromanya masih tertinggal
Tunas-tunas kecil mulai membesar
Sudah tampak, dia akan terus menapak


Rindu menggema di sudut ruang hatiku
Irama lagu meratap terus kau lantunkan
Sadar tak lagi menemani
Langkahku mulai berdiri
Kulihat kau di ujung hari
Panas sungguh menyelimuti
Senyummu tak lupa kau bawa mengiringi

Angin masih asyik mengajak rerumputan menari
Lihat, rambut hitammu bergerak perlahan
Aromanya masih tertinggal di ujung benakku
Waktu terasa begitu cepat berlalu
Tuhan tahu, salam masih berlum terucap
Kau tahu, tatap ini tetap padamu
Lidahmu berhenti bersiul
Kita bertatap hampa, berbayang semu
Sekali lagi, di sudut ruang hatiku

Kubawanya mengalir di nadi
Jantung, hati, otak kulewati
Biarkan aku meninggalkannya di sana
Hingga suatu hari
Kubuka kenangan ini, kuajak ia menari
Sekalipun kau tak lagi di sini